Jumat, 22 April 2016

Jangan Gengsi Untuk Menyapa

Kenapa harus gengsi?

Kita pasti pernah marah sama anak baik karena hal sepele maupun karena perilaku anak yang memang salah. Biasanya rasa marah ini tidak hilang dalam sekejap, rasa marahnya biasanya berlangsung lama dan melebar kemana-mana. Berbeda sekali dengan anak-anak ketika mereka berantem dengan teman sebayanya mereka cenderung akan akrab kembali dan bermain bersama lagi tidak lama setelah mereka marahan.
 marah dan minta maaf
Tapi kenapa hal ini suka berbeda dengan kita sebagai orangtua? Padahal hanya karena hal sepele kita bisa marah sampai berkali-kali dan lama bahkan sampai merembet kemana-mana. Nah, akibat dari dari rasa marah dan kesal ini serta ditambah dengan rasa “gengsi”, kita jadi enggan menyapa anak. Masing-masing pihak menunggu untuk disapa terlebih dahulu dan memulai komunikasi. Sehingga komunikasi antara orangtua dan anak jadi terhambat.

Lalu, apa yang harus kita lakukan agar komunikasi kembali cair?

Pertanyaannya adalah siapa yang harus memulainya duluan? Tentu saja jawabannya adalah Kita sebagai orangtua  yang harus duluan memulai komunikasi saat anak menunjukkan tanda-tanda perdamaian dan mengikuti keinginan kita. Jika hal ini sudah Nampak, maka jangan ditunda-tunda lagi untuk memeulai komunikasi efektif setelah anak mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan sikap menjadi lebih baik atau ingin berdamai dengan kita, mulailah pembicaraan dengannya.

Ajaklah kembali bicara seperti biasanya, jika perlu kita minta maaf duluan atas apa yang terjadi diantara kita dan anak kita. Jangan gengsi untuk meminta maaf duluan ya.  Jika hal ini kita lakukan maka anakpun akan mengikuti dengan meminta maaf juga.


Sampaikan kepada anak dengan cara baik-baik perihal kesalahan yang dilakukannya, berikan pemahaman baik dan buruknya melakukan kesalahan itu tentunya dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak.  Dan jangan lupa untuk selalu memeluk dan mencium anak disaat ada kesempatan terutama disaat kita berdamai setelah saling bermarahan. Karena sesungguhnya anak yang didik dengan penuh cinta dan kasih sayang akan mempunyai sikap toleran dan mudah memahami kondisi.

Supported by: Griyamainan.com



Kamis, 21 April 2016

Ingatlah Hal Ini Ketika Kita Memarahi Anak

Ingat Kembali Hal ini!

Anak adalah titipin Tuhan yang berharga dan sebagai pribadi yang polos dan masih belum mengerti banyak hal. Terkadang mereka melakukan sesuatu tanpa tahu makna sebenarnya bahwa perbuatan tersebut adalah hal yang merugikan bagi dirinya dan orang lain. Selain itu, anak adalah anugerah besar yang Tuhan titipkan dalam kehidupan kita. Yang sudah seharusnya dan semestinya kita menjaga, mendidik dan melindungi buah hati kita dengan penuh kasih sayang, cinta, penuh ketulusan dan keikhlasan semata-mata hanya untuk menciptakan individu yang luar biasa.
 jangan memarahi anak
Bayangkan dengan orangtua lain yang mungkin saat ini tengah mengerahkan segala upaya dan usahanya untuk bisa memiliki anak. Untuk anda yang sudah diberkahi dan dianugerahi dengan buah cinta adalah tugas anda untuk membesarkan mendidik dan mencintai mereka dengan tanpa syarat.

Memang adakalanya perilaku anak bisa sangat menyenangkan dan menggemaskan sehingga membuat kita selalu rindu padanya tetapi adakalanya juga menyebalkan dan membuat kita kesal, terlebih lagi jika kondisi kita sedang capek lelah dan banyak beban. Akan tetapi dengan rasa sabar yang tinggi dan kecintaan kita terhadap si anak akan dapat mengalahkan rasa kesal kita pada mereka. Ketika mereka membuat kesal jangan sekali-kali kita memahinya di depan umum atau memarahi mereka disaat kondisi kita sedang cape karena jika hal ini dilakukan tentunya akan melaukai dan menyakiti perasaan anak dan tidak akan menjadikan anak menjadi lebih baik atau merubah sikapnya.

                  Jangan menghukum anak ketika penuh emosi

Selain itu, terimalah kondisi anak apa adanya, jangan pernah bandingkan mereka dengan oranglain. Karena sebaik-baiknya anak orang lain tetap saja yang anda miliki adalah anak anda saat ini.

Kekesalan anda terhadap perilaku anak yang mereka lakukan di depan orang lain, terkadang membuat anda kesal dan malu. Namun tidak bijak pula melimpahkan kekesalan tersebut di muka umum sebab hal tersebut akan berdampak buruk untuk perkembangan psikologis si anak. Semoga beberapa hal di atas bisa mencegah anda memarahi buah hati di hadapan orang lain.  
menyayangi anak yatim
Menjadi orangtua yang sempurna mungkin sulit tapi setidaknya kita berusaha untuk menjadi orangtua yang baik yang bisa mendengarkan dan memahami anak apa adanya, tidak menuntut mereka dengan tuntutan yang tinggi yang tidak masuk akan bagi mereka. Jika mereka melakukan kesalahan berilah hukuman yang sesuai dengan kesalahannya dengan tujuan memberitahukan kesalahan dan tidak boleh memberikan hukuman yang sifatnya melukai fisik. Jika mereka berprestasi atau mampu melakukan pekerjaannya dengan baik maka berikanlah pujian dengan kata-kata, ciuman atau pelukan tidak mesti memeberikan hadiah yang muluk-muluk cukup dengan ucapan "selamat ya nak kamu hebat", cukup dengan ciuman, cukup dengan pelukan kasih sayang. Hal ini akan membuat anak merasa dihargai sebagai individu.

Ayo...kita sayang anak kita dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Supported by: Griyamainan.com

Hindari Sikap Egois Terhadap Anak

Merasa paling benar dan paling tahu segalanya.

Sikap egois atau egosentris adalah hal alamiah yang terjai pada anak usia 1-3 tahun. Usia tersebut merupakan mwaktu dimana anak merasa paling benar dan bisa memaksakan kehendaknya dengan berbagai cara termasuk menangis, merajuk, merengek dan lain sebagainya, yang bisa menyebabkan orangtua bisa memenuhi segala keinginannya. Tetapi entah kenapa ternyata sifat ini masih terbawa sampai orang dewasa bahkan sampai menjadi orangtua. Sebagai contoh ungkapan yang sering dilontarkan para orangtua; "ah...kamu ini anak masih bau kencur tau apa soal hidup ini", atau "papa/mama ini sudah banyak pengalaman, sudah banyak makan asam garam kehidupan ini jadi kamu ga usah sok tahu dan nasehatin papa/mama".
jauhi sifat egois
Jika kita memiliki kebiasaaan semacam ini, maka kita telah membuat jalan buntu dalam menjalin proses komunikasi dengan anak-anak. Meskipun maksud kita adalah untuk menunjukkan superioritas kita di depan anak tetapi yang ditangkap anak adalah semacam kesombongan yang luar biasa. Tentu saja siapapun tidak akan ada yang mau mendengarkan nasihat dari orang sombong, begitupun dengan anak-anak. Maka jangan heran klo kita sebagai orangtua sering bersikap superior kaya gitu maka anak akan semakin "ngeyel" terhadap kita.

Jadi, apa yang sebaiknya kita lakukan? 

Sering kali usia orangtua dijadikan patokan terhadap banyaknya pengetahuan dan pengalaman. Pada zaman dahulu hal ini mungkin saja terjadi, ketika informasi sulit diperoleh oleh anak karena terbatasnya media informasi seperti buku dan internet. Tapi untuk saat ini kondisi tersebut sudah tidak relevan lagi, mengeingat mudahnya tiap orang mengakses informasi dari media internet baik melalui gadget maupun perangkat lainnya, meskipun tidak bisa dipungkiri klo gadget ternyata menimbulkan dampak negatif untuk anak.

Saat ini siapa yang lebih cepat dan lebih banyak mendapatkan informasi, maka dialah yang lebih banyak tahu dan berpengalaman. Seperti halnya dengan kemampuan pilot yang akan dikatakan mahir dan senior jika jumlah jam terbangnya sudah banyak bukan dilihat dari usianya.

                               Baca Juga: Cara menumbuhkan sifat kreatif pada anak

Jadi janganlah pernah merasa menjadi yang paling tahu, paling hebat, paling berpengalaman. Kita perlu selalu ingat akan sifat padi yang semakin berisi maka dia akan semakin menunduk. Bukalah hati dan telinga kita untuk mendengarkan setiap masukan atau informasi yang datang dari anak kita. Karena pada prinsipnya kebenaran itu datang dari mana saja dan dari siapa saja tidak harus dari orangtua adakalanya datang dari anak juga.

Supported by: griyamainan.com

Rabu, 20 April 2016

Dampak Buruk Memarahi Anak Di Depan Umum

Apakah harus memarahi anak di depan umum?

Anak anda pernah marah karena hal sepele atau mengingikan sesuatu dan harus dituruti? Udah gitu kejadiannya di depan umum lagi…Kebayang dong kesel dan malunya kita atas tingkah laku si kecil ini.

Karena kesel dan malunya tidak sedikit orangtua yang memearahi anaknya langsung didepan umum dengan harapan agar anaknya diam, jera dan tidak merengek lagi. Tapi ternyata perilaku kita yang sering memerahi anak di depan umum tidak memberikan efek jera terhadap anak, malah tindakan ini akan membuat anak semakin “ngeyel” dan menimbulkan perasaan mendendam dalam dirinya kepada orangtua dan  itu akan tersimpan sampai dia dewasa.

dampak memarahi anak di depan umum

Berikut ini ada beberapa dampak buruk yang akan dialami oleh si kecil ketika anda memarahinya di depan umum. Yuk, kita langsung simak beberap halnya berikut ini.

  • Perasaan Minder Pada Diri Si Anak


Ketika anda mendapati si anak berulah dihadapan umum anda lantas melontarkan kata-kata kasar dan melakukan tindakan fisik pada si anak dengan menjewer atau memukulnya, tentu saja ini akan berdampak buruk untuk psikologis si anak. Meski masih berusia sangat kecil, akan tetapi sama halnya seperti orang dewasa anak-anak sudah memiliki rasa malu jika semua orang-orang yang ada disekitarnya tiba-tiba menatapnya saat mereka dimarahi oleh ibu atau ayahnya dimuka umum.

Apalagi untuk anak diusia yang sudah lebih besar, tentunya bukan hanya rasa malu yang akan mereka hadapi, namun juga kekesalan akibat amarah orangtua. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi rasa percaya diri si anak di kemudian hari, dan juga bukan tidak mungkin hal ini akan dapat mempengaruhi rasa hormat si anak kepada orangtua.

Tentunya tidak ada anak yang suka dimarahi dan dipojokan. Jangankan dihadapan umum, tanpa ada oranglain saja anak-anak tidak akan suka dimarahi oleh orangtuanya.

Lagipula, pada umumnya kebanyakan orangtua yang melakukan hal ini pada anak-anak mereka dihadapan umum, bukan dilatar belakangi dengan tujuan agar anak bisa lebih disiplin. Akan tetapi, lebih kepada perasaan malu yang dirasakan oleh orangtua atas orangtua anak lainnya. Ketika anak-anaknya melakukan kesalahan, kebanyak orangtua takut bila dicap sebagai orangtua yang tidak bisa mendidik anak-anaknya.

  • Hilangnya Rasa Hormat Pada Orangtua

Menyambung poin yang diatas, tindakan orangtua yang begitu ekstrim dengan terburu memutuskan untuk memarahi anak-anaknya dihadapan umum akan membuat si anak melahirkan kekesalan dan kebenciannya terhadap orangtua. Hal ini tentu saja, dipengaruhi karena rasa malu pada diri anak yang dikarenakan oleh sikap orangtuanya. Jika anda menganggap hal ini akan dapat mendisiplinkan semua anak, anda keliru. Ingatlah, pribadi dan karakter setiap anak berbeda-beda.

  • Ketakutan Si Anak Untuk Bersosialisasi


Ketika anda melontarkan amarah dan mungkin saja anda secara tak sadar mengungkapkan "Dasar kamu bodoh!". Apa efek yang akan dirasakan si anak dari kemarahan anda tersebut? Betul, si anak akan merasa yakin bahwa dirinya adalah orang yang benar-benar bodoh.
Perhatikan setiap perkataan anda. Memberikan label "bodoh" pada si anak tidak sama sekali mendisiplinkan mereka dan membuat kenakalannya terhenti. Justru sebaliknya, hal ini akan membuat situasi semakin buruk.

Menghakimi anak dengan berbagai predikat tentu berdampak negatif untuk perkembangan dan pergaulan anak nantinya. Bahkan saat ia beranjak dewasa nanti, bukan tidak mungkin, anggapan bodoh ini akan terus melekat dalam diri anak, yang pada akhirnya membuat mereka menjadi kehilangan rasa percaya dirinya dan takut untuk bisa bersosialisasi dengan oranglain. dan tentunya kita jangan pernah memberikan hukuman pada anak ketika kita sedang emosi.

Dari penuturan dampak negatif  di atas, ternyata memarahi anak di depan umum sangat tidak baik dan menimbulkan efek luar biasa dan berkepanjangan. Kita tidak ingin dong punya anak yang tidak memiliki rasa hormat sama orangtua, takut bersosialisasi karena minder karena takut dimarahi orangtuanya. Anak adalah anugrah yang berharga yang memiliki potensi yang luarbiasa, Ketika anak marah lebih baik kita menyikapinya dengan bijak, adakalanya anak  marah hanya karena ingin mendapatkan perhatian lebih dari kita, mari kita sama-sama introspeksi diri ketika anak kita tidak bisa dikondisikan dan dering marah, mungkin perilaku mereka ini disebabkan oleh kesalahan kita.

Be a good parent
Semoga bermanfaat

Supported by: griyamainan.com

Jangan Menghukum Anak Ketika Sedang Marah

Marah vs Marah

Perilaku anak adakalanya membuat kita bahagia dan adakalanya membuat kita marah. Kedua perilaku anak ini tentunya ada pemicunya dan pemicu tersebut kadang hanya dari masalah sepele yang menurut penilaian kita sebagai orangtua tidak begitu penting. Tindakan seperti merajuk, ngambek maupun tindakan lainnya adakalanya disebabkan oleh hal sepele dan mereka hanya mencari perhatian dari kita saja. Terlebih lagi jika hal tersebu terjadi di saat orangtua sedang dalam kondisi cape, lelah, banyak permasalahan dan lain halnya, sehingga respon dari orangtuapun akan negatif dengan memarahi anak habis-habisan baik di depan umum maupun di rumah.
 perilaku marah pada anak
Menyikapi  perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan kita tentunya tiap orangtua akan beragam sikapnya, ada yang langsung blak-blakan marah, ada yang memilih berdiplomasi, ada yang memilih diam dan cenderung menuruti keinginan anak supaya tidak marah dan merajuk lagi.

Hal yang perlu kita perhatikan dan selalu ingat adalah jangan pernah memarahi dan memberikan sanksi atau hukuman apapun kepada anak ketika emosi kita sedang memuncak. Pada saat emosi kita sedang memuncak, apapun yang keluar dari mulut kita baik dalam bentuk perkataan maupun hukuman akan cenderung untuk menyakiti dan meghakimi dan tidak menjadikan anak lebih baik perilakunya.

Selain kita akan menyesal di kemudian hari, akibat yang sangat fatal yang akan ditimbulkan adalah kita telah melukai anak kita dan anak seringkali tidak bias melupakan kejadian itu meski ia telah beranjak dewasa. Anak juga juga bias mendendam pada orangtuanya karena sering mendapatkan perlakuan di luar batasnya.

Jadi, apa yang seharusnya kita lakukan?

  1. Ingatlah:Bila kita dalam keadaan marah, segeralah menjauh dari anak. Pilihlah cara tepat untuk bias menurunkan amarah kita dengan segera. Setiap orang punya cara yang berbeda dalam menurunkan amarah seperti mencuci muka dengan air dingin, berwudhu, sholat, atau bahkan mandi dengan air sejuk atau ada juga yang memilih diam di kamar. Pilihlah cara yang paling nyaman dan sesuai dengan anda.
  2. Saat marah kita cenderung memberikan hukuman yang seberat-seberatnya pada anak kita dengan tujuan agar anak jera dan enyesal. Padahal sanksi dan hukuman yang baik adalah bukan untuk menyakiti tetapi untuk menyadarkan anak supaya ia memahami perilaku buruknya. Sanksi dan hukuman yang berat (terutama hukuman fisik seperti mencubit, memukul, menampar, dan lainnya) hanya akan menimbulkan perlawanan baru yang lebih kuat dari anak. Jika kita bertekad untuk tetap memberikan sanksi dan hukuman kepada anak, tundalah sampai emosi kita reda. Setelah itu pilih dan susunlah bentuk sanksi dan hukuman yang mendidik dan tepat dengan konteks kesalahan yang diperbuatnya. Ingat, prinsip hukuman adalah untuk mendidik bukan untuk menyakiti. Pilihlah bentuk sanksi dan hukuman yag mengurangi aktivitas yang disukainya seperti mengurangi waktu main game, atau bermain sepedah atau aktivitas lain yang disukai oleh anak tanpa ada unsur menyakiti. Baca juga: Parenting dan kedewasaan.

sumber: Ayah Edy, megapa anak saya suka melawan dan susah diatur
Supported by: griyamainan.com

Selasa, 19 April 2016

Meningkatkan Kreativitas Anak Dengan Bermain Peran

Meningkatkan kreativitas anak melalui permainan sangat efektif, diantara permainan yang bisa dipraktekan bersama adalah bermain peran. Bermain peran berbagai profesi yang sudah akrab di dunia anak-anak seperti dokter, tentara, insinyur, presiden, polisi dan berbagai profesi lainnya yang sudah tidak asing dan sering dijadikan cita-cita bagi tiap anak.
meningkatkan kreativitas anak
Berimajinasi menjadi karakter yang lain terbukti dapat merangsang kreativitas anak, membuat anak belajar berempati, serta mengasah keterampilan sosialnya.

Jadi, apa saja sih keuntungan yang akan didapat dari bermain peran ini?

1. Belajar perspektif yang berbeda

Bermain peran bisa mendorong perkembangan sosial karena anak berpura-pura berperan menjadi diri sendiri dan juga orang lain. Sehingga hal ini akan membantu anak untuk menjelajahi dunia dari perspektif berbeda dan juga membutuhkan pemikiran dari dua arah pada waktu bersamaan.

Ketika anak berperan sebagai seorang dokter, dia harus membayangkan apa yang akan dilakukan ketika ada pasien datang, bagaimana cara memeriksa pasien dan bagaimana cara berkomunikasinya.

2. Mengasah kemampuan berkomunikasi

Ketika anak bermain peran dengan oranglain, mereka harus memperhatikan perilaku orang lain itu dan juga tindakan apa yang harus dilakukan. Mereka juga akan memperhatikan sinyal dari lawan mainnya dan belajar bagaimana meresponnya.

Komunikasi semacam itu sebenarnya terjadi dalam interaksi di dunia nyata. Tetapi saat anak bermain fantasi, kemampuan ini lebih terasah. Anak belajar cara berkomunikasi, negosiasi, kompromi, kerja sama, dan koordinasi, agar permainan terus berlanjut.

3. Meningkatkan rasa percaya diri anak

Beberapa hasil penelitian menunjukkan, bahwa anak-anak yang kompeten biasanya lebih tertarik melakukan permainan peran. Anak yang mudah bergaul dan juga cerdas juga biasanya memiliki daya jelajah imajinasi yang luas.

Oleh karena itu, bermain peran memiliki manfaat yang sangat bagus untuk perkembangan anak. Jika tiba-tiba anak meminta kita menemani mereka dalam bermain peran maka jangan pernah kita menolaknya karena hal ini memiliki manfaat untuk anak-anak. 
Dan tentunya masih ada berbagai macam cara lain untuk meningkatkan kretaivitas anak seperti 5 cara meningkatkan kretaivitas anak ini.

Supported by: griyamainan.com

Liao, Ibu Yang Dengan Kreativitas Pada Anaknya

Ibu yang kreatif

Berbicara tentang kreativitas memang tidak terbatas, baik anak kecil maupun orang dewasa harus memilikinya. Seperti contoh seorang ibu yang memiliki daya imajinasi dan kreativitas yang luarbiasa dalam menciptakan dunia ajaib dan begitu realistis dengan menjadikan anaknya yang bernama Wengin yang sedang tertidur pulas sebagai tokoh utamanya.

Nama ibu tersebut adalah Wueenie Liao atau Sioin Queenie Liao seperti yang dilansir dalam blog milik pribadinya wengininwonderland.

Berikut ini beberapa hasil kreativitas Liao yang mendandani anaknya ketika tertidur lelap.


Ini adalah foto Wengin yang seolah-olah sedang berkelana dipadang pasir hasil karya luar biasa dari ibunya.

meningkatkan kreativitas anak

Dan ini setting Wengin sedang naik kuda imajinasi di atas awan
meningkatkan kreativitas anak
Tertidur pulas dengan anak nada
meningkatkan kreativitas anak
Makna malam penuh cinta dengan si beruang lucu
mainan edukatif anak
Ayo memetik buah apel berbentuk hati
mainan edukatif anak

Itulah beberapa foto hasil kreativitas sang ibu yang luarbiasa, daya imajinasinya sangat keren. Hasil kreativitas Liao ada ratusan jumlahnya dan sangat luarbiasa semua. Dalam menciptakan hasil karya seninya ini, Liao sebelumnya terinspirasi oleh Adelle Enersen yang pernah melakukan hal yang semupa terhadap anaknya, Liao mulai menciptakan karya seni yang keren ini dimulai ketika anaknya usia tiga bulan.

Ini adalah contoh kreativitas yang mungkin bisa menghasilkan uang tambahan jika dikomersilkan. Tentunya tujuan dari meningkatkan kreativitas bukan mendapatkan uang semata tapi untuk menumbuhkan minat dan bakat. Baca juga:  5 Cara Menumbuhkan Kreativitas pada anak

Ayo kita bimbing anak kita menjadi anak yang penuh dengan kreativitas tentunya dibwah bimbingan kita sebagai orangtua.

Semoga bermanfaat
Didukung oleh: griyamainan.com