Marah vs Marah
Perilaku anak adakalanya membuat kita bahagia dan adakalanya membuat
kita marah. Kedua perilaku anak ini tentunya ada pemicunya dan pemicu tersebut
kadang hanya dari masalah sepele yang menurut penilaian kita sebagai orangtua
tidak begitu penting. Tindakan seperti merajuk, ngambek maupun tindakan lainnya
adakalanya disebabkan oleh hal sepele dan mereka hanya mencari perhatian dari
kita saja. Terlebih lagi jika hal tersebu terjadi di saat orangtua sedang dalam
kondisi cape, lelah, banyak permasalahan dan lain halnya, sehingga respon dari
orangtuapun akan negatif dengan memarahi anak habis-habisan baik di depan umum
maupun di rumah.

Menyikapi perilaku
anak yang tidak sesuai dengan harapan kita tentunya tiap orangtua akan beragam
sikapnya, ada yang langsung blak-blakan marah, ada yang memilih berdiplomasi,
ada yang memilih diam dan cenderung menuruti keinginan anak supaya tidak marah
dan merajuk lagi.
Hal yang perlu kita perhatikan dan selalu ingat adalah jangan
pernah memarahi dan memberikan sanksi atau hukuman apapun kepada anak ketika
emosi kita sedang memuncak. Pada saat emosi kita sedang memuncak, apapun yang
keluar dari mulut kita baik dalam bentuk perkataan maupun hukuman akan
cenderung untuk menyakiti dan meghakimi dan tidak menjadikan anak lebih baik
perilakunya.
Selain kita akan menyesal di kemudian hari, akibat yang
sangat fatal yang akan ditimbulkan adalah kita telah melukai anak kita dan anak
seringkali tidak bias melupakan kejadian itu meski ia telah beranjak dewasa. Anak
juga juga bias mendendam pada orangtuanya karena sering mendapatkan perlakuan
di luar batasnya.
Jadi, apa yang seharusnya kita lakukan?
- Ingatlah:Bila kita dalam keadaan marah, segeralah menjauh dari anak. Pilihlah cara tepat untuk bias menurunkan amarah kita dengan segera. Setiap orang punya cara yang berbeda dalam menurunkan amarah seperti mencuci muka dengan air dingin, berwudhu, sholat, atau bahkan mandi dengan air sejuk atau ada juga yang memilih diam di kamar. Pilihlah cara yang paling nyaman dan sesuai dengan anda.
- Saat marah kita cenderung memberikan hukuman yang seberat-seberatnya pada anak kita dengan tujuan agar anak jera dan enyesal. Padahal sanksi dan hukuman yang baik adalah bukan untuk menyakiti tetapi untuk menyadarkan anak supaya ia memahami perilaku buruknya. Sanksi dan hukuman yang berat (terutama hukuman fisik seperti mencubit, memukul, menampar, dan lainnya) hanya akan menimbulkan perlawanan baru yang lebih kuat dari anak. Jika kita bertekad untuk tetap memberikan sanksi dan hukuman kepada anak, tundalah sampai emosi kita reda. Setelah itu pilih dan susunlah bentuk sanksi dan hukuman yang mendidik dan tepat dengan konteks kesalahan yang diperbuatnya. Ingat, prinsip hukuman adalah untuk mendidik bukan untuk menyakiti. Pilihlah bentuk sanksi dan hukuman yag mengurangi aktivitas yang disukainya seperti mengurangi waktu main game, atau bermain sepedah atau aktivitas lain yang disukai oleh anak tanpa ada unsur menyakiti. Baca juga: Parenting dan kedewasaan.
sumber: Ayah Edy, megapa anak saya suka melawan dan susah diatur
Supported by: griyamainan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar